Lingkungan Terjaga, Semua Sejahtera

Ilustrasi Penyu yang Terjerat Limbah Plastik
Sumber gambar: assets.la-palma.travel 



                                    Hai, kali ini kita akan membahas tentang kegiatan manusia yang berdampak buruk bagi lingkungan dan solusi bagi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan-kegiatan itu. Blog ini saya ikutkan dalam kompetisi blog #BersamaBergerakBerdaya #UntukBumiku yang diselenggarakan oleh bloggerperempuan.com.
                                    Pertama-tama mari kita mulai dengan kegiatan manusia yang berdampak negatif,
contohnya membuang sampah sembarangan dan deforestasi. Hal lain yang tidak kita kira bakal mencemari lingkungan tempat tinggal satwa adalah pemanfaatan pupuk buatan manusia (bukan pupuk alami seperti kompos), makan makanan yang mengandung bahan aditif yang berbahaya bagi lingkungan, membuang limbah pabrik tanpa diolah terlebih dahulu, dan menggunakan mesin yang mengeluarkan emisi karbon serta energi dengan limbah karbon.
                                   Membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan pendangkalan sungai. Apakah kalian mengetahui penyebabnya? Saya tahu dong, yaitu penimbunan sampah di sungai tidak dapat mengalir atau terurai begitu saja (membutuhkan waktu lama). Ternyata, air yang tenang tidak menghanyutkan, membuat kita berpikir dua kali jika akan memakai peribahasa dengan kata-kata yang sama di kehidupan. Ini menyebabkan air terserap ke sela-sela tumpukan sampah. Namun, sampahnya tetap ada di dasar. Itulah yang menyebabkan seolah-olah terjadi pendangkalan sungai. Habitat ikan sungai pun menjadi semakin sempit. Jika musim kemarau tiba, air sungai yang biasanya banyak sekarang mudah mengering secara semu. Tanah di hulu terseret arus ke tempat yang banyak sampahnya. Lalu sampah-sampah itu tertutupi oleh tanah tersebut dan tidak terlihat lagi dari permukaan. Penelitian ini saya lakukan bersama peneliti lain dua tahun lalu, saya sebagai teoriternya. Sampah itu banyak yang mengikuti aliran air menuju laut dan akhirnya mencemari laut juga. Sampah plastik terutama dapat mengakibatkan pencernaan hewan sungai dan laut lambat bahkan tidak berfungsi. Dampak lain adalah jika plastik bulat tersangkut di tubuh penyu kecil, tubuhnya akan membentuk angka delapan, yang menyebabkan metabolismenya tidak optimal.



Ilustrasi Penyu Memakan Sampah Plastik
Sumber gambar: www.smalljoys.tv


                                      Yang kedua, berkaitan dengan postingan saya sebelumnya, yang berjudul Actual Causes of Cancer and Their Mechanism of Breaking (). Pemanfaatan pupuk buatan manusia (contohya NPK dan ZA) dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan hewan di habitat apapun. Misalnya, penyu dapat lahir tanpa cangkang jika terpapar bahan tersebut. Pemanfaatan pupuk kandang tidak serta merta berdampak baik bagi lingkungan, bakteri E. coli dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada hewan, bahkan manusia pun ikut terkena gangguan pencernaan jika di tubuhnya (selain di usus besar) terdapat E. coli. Kalau jumlahnya berlebih di usus besar saja bisa menyebabkan penyakit. Saya pernah makan snack coklat yang bau, maaf, feses. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh pemakaian pupuk kandang. Ada lagi, penggunaan biogas yang terbuat dari, maaf lagi, feses. Walaupun tidak berbau, ini menjadi lebih berbahaya, karena indikator bahayanya hilang (mayoritas benda berbau tajam biasanya merupakan bahan yang berbahaya [iritan, toksin, dan mudah terbakar]). Diperparah dengan penggunaan pestisida, dapat melunakkan cangkang telur burung elang dan burung lain dengan link: Bahaya DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) dalam Kehidupan (Bahaya DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) dalam Kehidupan, 2013).
                                Ketiga, makan makanan yang mengandung bahan aditif berbahaya bagi lingkungan. Artikel saya pada paragraf sebelumnya menerangkan dampak kesehatan jika mengkonsumsi makanan-makanan itu. Di artikel saya yang membahas tentang teori penyebab badai, bahan-bahan dalam makanan itu juga menjadi petaka. Bahkan hiu pun yang digadang-gadang anti kanker, sekarang dapat terserang kanker. Informasi ini saya dapat dari rekan kerja yang berprofesi sebagai dokter.
                                Keempat, membuang limbah pabrik tanpa diolah terlebih dahulu. Sebenarnya, pabrik-pabrik di negara yang saya tempati dulu (Indonesia) diwajibkan mengolah limbahnya terlebih dahulu. Pernah saya membaca artikel di laman National Geographic tentang limbah pabrik sirup obat batuk yang berwarna merah dan limbah pabrik permen M&M's yang berwarna biru dan hijau dibuang di sungai, akhirnya madu yang dihaasilkan oleh lebah peternakan di sekitar berwarna merah serta biru dan hijau (Tanpa nama, 2012). Pewarna ini merupakan pewarna sintetis yang juga adalah bahan aditif makanan yang berbahaya.
                                         Kelima, emisi karbon dari cerobong asap pabrik, cooker hood, dan kendaraan. emisi ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan. Hal ini dapat terjadi karena CO dalam asap kendaraan lebih mudah terikat oleh hemoglobin (Without name, 2024). Selain itu terdapat SO2 yang dapat menhyebabkan kanker dan penyakit genetik (mungkin saja penyakit pernapasan tersebut karena SO2, bukan karena CO). Apalagi kalau asap ini menuju ke laut. Dan ada yang dicairkan!! Lebih mudah larut pasti. Ada cerita tentang mahasiswa dan dosen Universitas Lampung yang membuat pupuk dari asap cair. Hah? Masa? Lihat saja, nih linknya: Teknologi Asap Cair untuk Budidaya Pertanian (Liansyah, 2023). Ikan-kan kita akan jadi banyak mengandung zat yang ada di asap. Seperti cerita lain yang memuat tentang penyakit minamata yang ada di Minahasa (dalam artikel Penyebab Penyakit Minamata, Kondisi Akibat Keracunan Merkuri pada Makanan) (Sari, 2023). Segala macam makanan mengandung asap. Bahkan omnivora dan karnivora, tapi bukan daging asap lho, ya. Emisi karbon juga membuat suhu bumi makin panas. di daerah tropis sudah panas, bagaimana dengan di padang pasir?                               
                                         Solusi atas masalah-masalah tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1.      Membuat bahan-bahan yang mudah terurai (organik) untuk pengganti bahan-bahan berbahaya,             contohnya plastik organik (untuk botol plastik, bungkus makanan instan, dll.), pewarna organik,              kertas organik (waktu terurai lebih pendek), polikarbonat organik.
2.       Mengolah sampah plastik organik menjadi pupuk kompos. Dipastikan merupakan bungkus                      bahan-bahan yang tidak berbahaya.
3.       Mengkampanyekan bahan-bahan organik (bisa makanan tradisional yang aman dikonsumsi atau 
         dari pertanian organik) oleh organisasi pencinta lingkungan dan beraspirasi atau bersurat kepada              pemerintah agar dapat melakukan hal tersebut.
4.       Membuat pupuk dari bekas bahan berkayu untuk pupuk tanaman berkambium.
5.      Menyadarkan masyarakat untuk lebih beorientasi pada gaya hidup slow food, bukan fast food                  yang banyak mengandung banyak zat aditif berbahaya. 
6.       Meneliti tentang bahan-bahan pengganti bahan aditif makanan yang berbahaya.
7.      Mengolah limbah menjadi bahan yang bermanfaat, contohnya peleburan kembali bagian logam              mobil yang cacat produksi, lalu dipakai kembali sebagai bahan baku (prinsip lean six sigma).
8.      Merekomendasikan penggunaan pestisida organik dari bahan alami. Akan tetapi tetap menjaga              tanaman atau buah menjadi food grade (tidak menggunakan bahan yang kotor seperti urine                      hewan).
9.       Pemanfaatan bangkai ular, buaya, dan hewan yang dapat diambil kulitnya untuk asesoris, diolah             dagingnya untuk korek api, diambil tulangnya untuk alat peraga museum, atau jika                                   jumlahnya banyak dapat menjadi cadangan alat peraga.
10.     Budidaya kepiting untuk zat tambahan bahan bakar.
11.     Memakai emission converter di cerobong asap pabrik serta kendaraan dan dicek secara berkala.
12.     Mengurangi deforestasi dengan membuat pertanian tingkat agar hemat lahan.
13.     Mengenakan pajak yang tinggi untuk makanan dan minuman berbahan aditif berbahaya.
14.     Budidaya terumbu karang, karena banyak yang terdampak suhu panas di laut.
15.     EWS (Early Warning System) bencana alam dengan membuat tempat evakuasi bagi hewan.
16.     Mengisi pekarangan dengan vegetasi dan berkebun serta menyumbangkan bibit tanaman dan                  tanaman muda pada perusahaan yang ingin mereklamasi lahan bekas pertambangan atau                          melakukan reboisasi atau bahkan kepada pemerintah.
17.     Pengerukan dasar laut untuk mengambil material berbahaya dari dasar laut untuk mencegah                   badai dengan kapal selam pengeruk (adegan ini hanya dilakukan oleh profesional, tidak untuk 
           dicoba yang tidak profesional).
                                       
                                Jika saya memerintah negeri ini atau bahkan ada di kursi tertinggi PBB (Persekutuan Bangsa-Bangsa) saya akan memerintahkan untuk membuat sebuah aturan tentang pajak lingkungan untuk perusahaan yang mungkin kegiatannya dapat merusak alam atau mungkin semua jika bisa. Sanksi dan denda jika tidak memakai emission converter. Membatasi pembangunan pabrik di daerah paru-paru dunia. Membuat aturan tentang persentase hutan kota. Membuat mata kuliah pilihan tentang lingkungan berkaitan dengan program studi contohnya hukum lingkungan dan audit lingkungan. Membuat seminar-seminar tentang lingkungan di organisasi pecinta alam kampus. Dengan menyadarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan dan bahaya penggunaan bahan-bahan aditif buatan yang mengandung bahan yang mudah terbakar, saya yakin mereka akan lebih peduli akan kelestarian lingkungan.
                                       Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. Jika Anda mempunyai pertanyaan atau pendapat, tuliskan komentar Anda di kolom komentar. Saya harap konten ini dapat terus bermanfaat bagi kita semua.






Sumber:

Bahaya DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) dalam Kehidupan.                                                                2013. Diambil 22 Mei 2024,                                                                                                                        dari https://www.kaskus.co.id/thread/5232ec403f42b21e54000000/bahaya-ddt-dichloro-                       diphenyl-trichloroethane-dalam-kehidupan.
Clira, M. 2023. Actual Causes of Cancer and Their Mechanisms of Breaking. Diambil 29 Maret 2024,                dari https://bluethornmac.blogspot.com/2023/10/actual-causes-of-cancer-and-their.html.
Liansyah, D. 2023. Teknologi Asap Cair untuk Budidaya Pertanian. Diambil 22 Mei 2024, dari
Sari, N. M. 2023. Penyebab Penyakit Minamata, Kondisi Akibat Keracunan Merkuri pada Makanan.                Diambil 22 Mei 2024, dari https://www.liputan6.com/hot/read/5300018/penyebab-penyakit-                   minamata-kondisi-akibat-keracunan-merkuri-pada-makanan.

Tanpa Nama. 2012. Peternakan Lebah di Prancis Hasilkan Madu Biru Hijau. Diambil 29 Maret 

            2024, dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/peternakan-lebah-di-prancis-   

           hasilkan-madu-biru-hijau.

Tanpa nama. 2024. Karbon Monoksida: Penyebab hingga Dampak bagi Kesehatan dan Lingkungan                 (Update 2024). Diambil 30 Mei, 2024, from https://lindungihutan.com/blog/mengenal-                            karbon-monoksida/.


Nb:  Harap mencantumkan sitasi blog ini jika Anda ingin menyalin sebagian atau seluruh bagian dari blog. Jangan menyalin atau meng-capture blog ini tanpa menyertakan link blog.

Comments